Saturday, March 24, 2012

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Posted by Miss A at 2:50 PM
"Selamat ulang tahun, Sayang.."
Renata tersenyum puas melihat kotak berbungkus kertas kado merah tersebut. Kotak itu diletakkannya rapi di atas meja makan, bersebelahan dengan kue cokelat, dengan lilin berupa angka 1 dan 5 yang menyala diatasnya.
Hari ini, Afika, berulang tahun. Renata melebarkan senyumnya, membayangkan anak perempuannya akan pulang dari sekolah dengan ekspresi senang melihat surpise tersebut. Afika pasti akan mencium pipinya, kemudian menghabiskan kue cokelatnya. Seingat Renata, cokelat adalah makanan favorit anak gadisnya itu. 
Beberapa hari lalu, Afika membawa sekotak cokelat sepulang sekolah. Katanya cokelat tersebut pemberian dari kakak kelasnya, Reno. Afika yang baru saja beberapa hari mengenakan seragam SMA itu ternyata sudah mendapatkan penggemar, Renata senang mendengarnya.
Namun sedih, saat selain bercerita tentang Reno, Afika juga bercerita tentang masa-masa ospeknya yang berat. Senior-seniornya terus mengerjainya tanpa henti. Menyiramkan air comberan ke badannya, melumuri wajahnya dengan telur busuk, bahkan beberapa waktu lalu Afika pulang terlambat karena dikunci di dalam kamar mandi sekolahnya. 
Renata geram dan mengadu ke kepala sekolah SMA tersebut, tapi beliau hanya berkata "Itu memang tradisi disini, Bu. Tidak usah khawatir, anak Ibu baik-baik saja,"
Maka Renata pulang dengan lesu. Menjumpai anak gadisnya bersedih didalam kamar. "Mereka tidak suka sama Fika, Bu," katanya waktu itu. Matanya yang bening meneteskan airmata. Kedua tangannya memeluk lutut, ia meringkuk di kamarnya. Hati Renata teriris melihat buah hatinya terluka. 
Hari berikutnya Afika menolak masuk sekolah dan mengikuti ospek. Namun Renata membujuknya dan berjanji akan menjemputnya pulang sekolah nanti. Afika pun beranjak dengan wajah lesu, tapi tak lupa mencium pipi Renata sebelum berangkat ke sekolah.
***
Sesuai janjinya, Renata datang menjemput Afika ke sekolahnya. 
Setengah jam sebelum waktu pulang sekolah, dan sekolah sudah terlihat begitu ramai. Beberapa mobil polisi parkir di depan gerbang. Renata melangkahkan kakinya ke dalam dan melihat di halaman sekolah sebuah mobil ambulans terparkir. Puluhan murid mengenakan pita warna-warni berbicara dengan heboh. Tas plastik warna-warni mereka tergantung di bahu, topi kardus mereka bergoyang mengikuti arah kepala mereka yang bergerak panik.
"Meninggal lho.." "Astaga.." "Kemarin sempat dikunci di kamar mandi sampai malam.." "Ditampar berkali-kali sih.." "Katanya diinjak dan ditendang?" "Push-up sampe seratus kali gitu.. Gila kali?" "Kasian.."
Kalimat-kalimat itu terdengar samar, mengalahkan degup jantung Renata. Tangannya gemetar, matanya bergerak panik mencari Afika. "Ya Tuhan, semoga bukan Afika," batinnya.
Renata bertanya pada beberapa murid saat beberapa petugas medis keluar dari sebuah ruangan, menggotong seorang siswi, berambut ikal sebahu dengan seragam yang terkoyak. Renata berlari mendekat. Hatinya mencelos. Wajah itu, wajah seorang anak yang dikandungnya 15 tahun lalu. Wajah yang diam tak bergeming dengan darah di pelipis dan hidung dan dibawa menuju ambulans tersebut, adalah anaknya.
***
"Bu.." Renata menoleh melihat pembantunya berdiri disampingnya.
"Ada pelayat lagi, Bu. Ibu mau menemui mereka atau mau istirahat saja di kamar? Biar saya minta Bapak saja yang menemui mereka," ujar Bi Tuti.
Setetes airmata jatuh dan membasahi pipi Renata.
"Afika belum pulang, Bi? Hari ini dia ulang tahun. Saya sudah belikan kue," jawab Renata dengan mata terpaku ke arah meja makan. Tuti meneteskan airmata melihat majikannya tersebut.
"Ayo, Bu," Tuti mendekat, menuntun Renata ke kamarnya.
"Nanti kalau Afika sudah pulang dari sekolah, panggil saya, Bi," kata Renata datar. Kakinya terseret menuju kamar.
"Sudah, Ibu istirahat saja ya," sahut Tuti.
***

0 comments:

Post a Comment

 

My Friday Night.. Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review