Been too long since my last post. I realized sudah beberapa tahun ini mood menulis menguap entah kemana. Menghilang perlahan dengan adanya banyak kesibukan. Caelah. Macam artis sinetron kejar tayang aja saya ini.
Setahun belakangan ini perasaaan dan pikiran terkontrol baik. Jadi mau meluapkan apa saja lewat tulisan, tertunda dengan baik. Instead of writing it, i choose to be silent. Good? Or bad? I don't know.
Anyway, imma going to write again. Slowly.
Dua hari yang lalu, saya kehilangan seorang paman, adik dari Ibu. Beneran kayak kesamber petir siang bolong, pas lagi makan siang ditelpon Ibu dan denger berita tersebut. Padahal tiga hari sebelumnya, beliau kerumah dan ngobrol tentang prosesi akad dan penyewaan katering untuk pernikahan saya. Suaranya terngiang-ngiang di telinga, lengkap dengan logat dan cara bicaranya, cara ketawanya. Mukanya, ekspresinya, terbayang-bayang terus.
Rasanya ingin marah sama Tuhan. Kok tega? Kenapa? Kenapa?! Tanpa sempat mengatakan kata perpisahan, begitu tiba-tiba, beliau pergi. Stop waktu ini dan rewind bisa?
Langit mendung dan hujan turun saat kami mengantarkan jenazahnya ke peristirahatan terakhir. Isak tangis anaknya mengiris hati saya. Pun raungan istrinya. Semuanya berjalan terlalu cepat. Semua kenangan diputar paksa di kepala saya. Terlalu banyak kenangan yang meluap dalam derasnya airmata. Kenangan ketika saya menjadi tukang kipas di pernikahannya dulu sekali sampai ketika rapat keluarga seminggu lalu di rumah. Banyak sekali. Diputar ulang dengan paksa, sehingga ketika saya menolak menontonnya, yang keluar hanya airmata dan sedu sedan.
Kata salah seorang Paman lainnya, 'yang meninggal belum tentu sedih. kita bisa saja sedih, tapi dia sudah tenang menuju surga, insyaallah'. Betapa egoisnya saya jika ingin Beliau kembali hidup tanpa mengetahui mungkin saja dia lebih senang di surga sana.
So i guess it's a goodbye ya, Miq? Is it true that you're happy there? Semangat saya menghilang seiring dengan pergimu. I really do, I wish you're happy there. My pray with you :')