Saturday, September 15, 2012

Part 1 : Miranda

Posted by Miss A at 10:48 AM
"Ngga mau memiliki milik pemilik lain. Cuma pengen tahu lebih tentang seorang individu tertentu yang menarik rasa tertentu di diri, pada waktu tertentu."
Miranda tertegun membaca sms yang masuk ke inbox handphonenya. Entah kenapa tiba-tiba rasa kalut menggelayut di dadanya. Apakah ia sudah melangkah terlalu jauh?
Miranda memang baru sebulan ini mengenal Yudha. Sejak mereka terlibat proyek bersama di pulau Lombok. Sebuah proyek untuk membangun hotel di pantai di Lombok bagian Timur. Yudha adalah pria asal Lombok yang kemudian menjadi wakil untuk memantau sejauh mana perkembangan pembangunan hotel tersebut. Dia pula yang menemani Miranda berkeliling Lombok, mencicipi kuliner-kuliner khas Lombok, dan kemudian menjadi teman Miranda bertukar cerita selain Ario, tunangannya di Jogja sana.
Sejak awal, Miranda sudah memperlihatkan cincin di jari manis tangan kirinya. Jadi wajar kalau Miranda tidak pernah menyangka bahwa dari setiap obrolan mereka, Yudha kemudian mulai menaruh hati. Dan ketika akhirnya Miranda menulis : "Beberapa orang kayaknya ngerasa lebih tertantang waktu berusaha memiliki kepunyaan orang lain ya?" lewat akun twitternya, sms dari Yudha tadi pun masuk.
***
"Miranda!" seru Yudha dari kejauhan.
'Uh-oh, tidak, jangan sekarang,' batin Miranda, memutar langkahnya yang tadinya berniat ke kantin untuk sarapan.
"Tunggu!" Yudha berlari menjejerinya.
"Kamu ngga sarapan?" tanya Yudha.
Miranda menggeleng, mempercepat langkahnya dalam diam.
"Hey!" Yudha menahan langkah Miranda dengan mencengkram lengannya.
"Sakit," Miranda meringis.
"Maaf. Maaf, aku ngga berniat nyakitin kamu, tapi kenapa menghindar?" tanya Yudha lagi.
"Aku, kayaknya sudah melangkah terlalu jauh. Jangan berharap, Yudha. Aku sudah punya tunangan. Sms kamu semalam itu..." Dada Miranda perih saat kalimat-kalimat tersebut keluar dari bibirnya, entah mengapa. Bahkan Miranda pun terkejut dengan perasaannya sendiri.
Di depannya Yudha mematung. Keheningan mengambang di udara yang mereka hirup.
Lalu Yudha tersenyum. Sejurus kemudian ia malah tertawa.
"Kamu, selain cantik, ternyata PD banget ya? PD atau keGRan nih, neng? Smsku semalam cuma nanggepin tweet kamu kok, ngga merasa tersindir dengan tweetmu itu. Serius. Santai saja dong," jawab Yudha enteng.
"Nih, ini laporan harian yang kamu minta revisi dua hari lalu. Sekarang, aku lapar. Aku duluan ke kantin ya!" Yudha menyerahkan setumpuk berkas ke tangan Miranda dan berlalu. Meninggalkan Miranda yang bengong.
***
Miranda duduk di pasir, di depan teras ruang kerjanya yang tepat menghadap pantai. Seluas mata memandang, ia melihat birunya laut, hijaunya bukit sekitar. Lombok memang indah. Dan Tanjung Bloam, nama lokasi tempat Miranda dan rekan-rekannya akan membangun hotel tersebut, memiliki pemandangan yang cantik. Lautan, langit biru, hangat sinar matahari dan bukit kehijauan di kiri kanan yang mengapit dengan eksotisnya. Kata orang, pantai-pantai di Lombok bagaikan surga. Entahlah, Miranda tidak pernah melihat surga atau ke surga sebelumnya, sehingga ia tak bisa membandingkan, atau menyamakan pemandangan di depannya sebagai surga. Namun memang tak bohong, pantai-pantainya membuat Miranda jatuh cinta dengan mudah.
"Cantik,"
Miranda menoleh kaget dari lamunannya.
"Pantainya. Cantik kan?" Yudha tersenyum, mendudukkan dirinya disamping Miranda, ikut-ikutan menatap 'surga' di hadapannya.
"Iya, banget! Cantik sekali. Indah," sahut Miranda takjub. Ia mendengar seksama cerita-cerita Yudha tentang pantai-pantai di Lombok. Tentang gemerlap malam di Senggigi, tentang cantiknya trio Gili, hingga anggunnya Rinjani. Mereka nikmati angin pantai sore itu sampai matahari perlahan tenggelam, menggambarkan siluet mereka berdua di pasir. Sesuatu di dada Miranda berdesir. Ia perhatikan dengan seksama lelaki yang menemaninya dua bulan belakangan ini, berjibaku dengan matahari, dan setumpuk berkas laporan. 
"You're cute," kalimat itu muncul begitu saja dari bibir Miranda, membuat Yudha mengernyitkan keningnya.
"Baru sadar, neng? Kemana aja? Hahaha.." Yudha tertawa. 
Ah, bahkan tawanya terdengar merdu di telinga Miranda.
Kemudian Yudha menghentikan tawanya, mendekatkan wajahnya ke Miranda yang masih terhipnotis manisnya derai tawa tadi. Menciumnya.


3 comments:

Unknown said...

What a superb science fiction novel.... Can't wait to see the climax of the two....

Miss A said...
This comment has been removed by the author.
Miss A said...

this is not a science fiction, dude..
-________________-

Post a Comment

 

My Friday Night.. Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review