Saturday, January 7, 2012

Short Story from My Day Off..

Posted by Miss A at 2:27 PM
.... Naomi memulas blush on di pipi kirinya lebih tebal dari biasa, berusaha menutupi ruam keunguan yang membuatnya meringis sakit. Ia pulas juga eyeshadow dengan lebih tebal di kelopak matanya, menutupi lebam yang didapatnya dari hantaman Diego semalam. Bercermin, Naomi berusaha mencari kesempurnaan dari hasil kuas-kuas yang ia sapukan ke wajahnya sendiri.

***

Tadi pagi, Naomi terbangun dari tidurnya dengan mata sembab. Dengan tidurnya yang hanya 2 jam, ia bangun dengan pandangan gelap yang dirasakan mata kirinya. Leher dan pundak sebelah kanannya terasa nyeri. Pasti karena membentur kursi mobil semalam, batinnya. Naomi menggerakkan leher perlahan dan mengalami perih yang sangat di kedua sisi rahangnya. Tidak itu saja, kepala bagian atasnya terasa nyeri, begitu pula dengan bagian kepalanya yang ada disebelah kanan, memar. Ia sentuh bagian belakang telinga kirinya, lagi-lagi nyeri yang terasa. Pun ketika ia mengangkat kepalanya yang tergeletak di bantal, bagian belakang kepalanya terasa sakit sekali. Semua sakit yang ia dapatkan tidak datang begitu saja. Semuanya dari Diego. Dari mantan pacarnya 2 tahun belakangan ini yang menghajarnya habis-habisan di mobil saat ia melihat Naomi ada di sebuah klub bersama dengan teman-temannya.


Naomi perlahan bangun dan mencoba duduk, make up-nya masih menempel di wajah, pakaian semalam juga masih melekat di tubuhnya. Rasa nyeri dirasakannya menyerang kembali di bagian punggung sebelah kanan. Pasti karena membentur persneling, ia membatin lagi, kemudian menyeret tubuhnya untuk bangun, bercermin. Naomi melihat sosok dirinya masih dengan pakaian utuh, make up yang luntur, dan rambut yang lusuh. Ia menangis merasakan sakit, dalam hati. Enggan meneteskan airmata di pipinya.


Dua tahun belakangan ia memang menjalin hubungan dengan Diego. Seorang lelaki yang dulu jadi teman baiknya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan lebih. Diego sosok yang menyenangkan. Ia sosok humoris yang sederhana. Sosok pintar dan berani yang selama ini selalu jadi tipe favorit Naomi. Naomi merasa nyaman mengobrol dengannya, karena Diego punya banyak wawasan luas, dan berprinsip. Sayangnya, Naomi juga adalah orang yang keras kepala, cukup keukeuh dengan prinsip2nya, sehingga diskusi-diskusi mereka lebih sering diakhiri dengan pertengkaran, atau Naomi manyun saja, menahan jengkel di dalam hati. Perbedaan prinsip dan jalan pikiran tidak cukup untuk membuat mereka menyerah begitu saja. Jatuh bangun Naomi dan Diego menjalankan perahu cinta mereka, terombang-ambing ombak, menaikkan dan menurunkan layar berkali-kali. Terkadang mereka melihat pemandangan-pemandangan yang indah, namun tak jarang juga mereka harus benar-benar melawan badai. 


Naomi merasakan cinta, lebih dari cintanya kepada laki-laki yang pernah ada dihati sebelumnya. Begitu cinta sehingga terkadang ia luluh saja dalam semua kalimat-kalimat perintah Diego. Ia luluh saja setiap kali Diego menyesal dan memohon maaf ketika perselingkuhannya terkuak. Naomi begitu mencintai Diego sehingga ia berusaha keras untuk bertahan menjalankan perahu hubungan mereka selama 2 tahun. Begitu cinta sehingga semua pikiran-pikiran negatifnya tentang Diego mulai bersarang perlahan dalam tubuh dan pikirannya. Menciptakan sebuah karakter baru untuk Naomi, seorang paranoid.


Apa daya, perahu yang terus-terusan menerjang badai, akhirnya karam juga. Tiga bulan terakhir, ego begitu menguasai Naomi. Ia letih dengan semua cara Diego yang ternyata selama ini tak pernah ingin mengakui hubungan mereka didepan orang-orang. Ia merasa tak dihargai dengan cara Diego yang tak mengakui bahwa mereka masih berpacaran setiap kali pertanyaan tentang hubungan mereka dilontarkan oleh orang-orang yang mengenal mereka. Naomi butuh merasakan penghargaan itu, bahwa ia diakui, bahwa hubungan mereka memang benar adanya, bahkan melalui hal-hal sepele.


Ego Naomi memuncak, menguasainya. Membuatnya tak bisa berpikir jernih dan begitu lemah sehingga setiap kali bertengkar, Naomi tak segan untuk mengeluarkan kata-kata 'putus' dengan mudah. Ia kehilangan rasa dihargai, dimengerti. Ia kehilangan rasa diakui yang tidak didapatkannya dari Diego. Bukan, ia bukan menuntut untuk diakui didepan banyak orang. Ia hanya ingin merasakan pembuktian bahwa Diego benar-benar mencintainya.



Ah, hubungan mereka memang rumit. Begitu rumit, begitu kompleks. Mulai dari orang-orang ketiga yang muncul satu persatu, sampai perbedaan jalan pikiran yang begitu tajam, membuat mereka selalu bertengkar. Bahkan hal-hal sepele seperti telat membalas sms pun bisa membuat mereka tak akur. Beberapa waktu terakhir bahkan membuat Diego mulai ringan tangan. Menampar Naomi di depan orang banyak hanya karena Diego melihat bbm sederhana dari lelaki lain. Diego mulai mencekik dan menarik rambut Naomi, membenturkan kepala Naomi ke setir, menendang Naomi hingga terjatuh, membanting dan menghancurkan 3 Blackberry milik Naomi, dan, ah, entah apalagi. Naomi mengernyit kesakitan saat mengingatnya.

Rasa sakit dihantam Diego kembali menjalar di tubuhnya saat ia mandi. Naomi bersyukur ia masih hidup setelah peristiwa semalam, dimana Diego sengaja datang mencarinya yang sedang bersama dengan teman-temannya di sebuah klub malam. Naomi sedang tertawa di dancefloor dengan sebuah rokok yang dipegangnya di tangan kanan saat tiba-tiba sebuah tangan memukul pipinya. Saat tersadar dari kagetnya, Naomi melihat wajah Diego di hadapannya. Hati Naomi mencelos, jatuh hingga ke kakinya yang saat itu terasa tak bertulang. Sebelum jatuh dari berdirinya dan sebelum Diego menghajarnya lagi, Bian, temannya meraih Naomi dan melarikannya ke meja mereka di lantai tiga. Naomi melirik sekilas dari ekor matanya, beberapa orang bertubuh besar berusaha menahan Diego yang mulai lepas kendali. 


Tita, salah satu temannya, bersama beberapa orang lain, entah siapa, berdiri terkejut dengan muka bertanya-tanya dan panik. Bian yang kemudian menjawab pertanyaan Tita, "Diego ada dibawah!". Belum puas dengan jawaban Bian, Tita kembali bertanya-tanya saat Naomi dengan tiba-tiba melepas wedges pink yang dipakainya, mencari-cari Diego dengan pandangan kaburnya dan kemudian berlari menuruni tangga menuju lantai dasar. 


"Naomi! Mau kemana?!" seru Tita yang tak lagi didengar oleh Naomi. Suara musik berdentum begitu keras, lampu-lampu menyala mengikuti musik, Naomi menerobos kerumunan orang-orang dan sampai di pintu depan, melihat Diego duduk berusaha menenangkan diri di teras dengan sebotol bir di tangan. Yang ada dipikirannya ia hanya tak ingin Diego dipukuli pihak keamanan diluar sana. Hatinya pasti akan menyesal jika terjadi sesuatu pada Diego.

Naomi berjalan mendekat, dan Diego bangkit saat melihatnya, menghantam Naomi lagi saat Naomi hanya berjarak setengah meter darinya, belum sempat mengeluarkan kata-kata penjelasan sepatah pun. Diego menarik rambut Naomi dan menyeretnya keluar, tak perduli akan hujan yang mulai turun. Sepanjang jalan, Diego terus memukuli kepala Naomi, mendorong paksa Naomi masuk kedalam mobil. Sambil menyalakan mesin mobil, Diego memaki-maki Naomi, menyumpah-serapahi semuanya, menarik Naomi lagi, menghantam rahangnya, memukul dan membenturkan kepala Naomi berkali-kali ke setir. Naomi menjerit, airmatanya mengalir terus-terusan. 




"Sakit, Diego, hentikan!' mohon Naomi. Tapi Diego tak mendengar siapapun, tak melihat apapun dan terus meringankan tangannya menyakiti sekujur tubuh Naomi. Ia menyetir asal-asalan dengan kecepatan tinggi, merobek paksa baju Naomi sambil terus berteriak mengeluarkan kata-kata kasar. Nafasnya yang menderu kasar menciptakan uap di kaca mobil di malam yang hujan itu. Derasnya hujan diluar tak mampu mendinginkan api yang menggelegak di dada Diego, dan rasa perih terbakar itu menempel di tubuh Naomi. Cairan kemerahan yang terasa asin karena airmata Naomi terasa saat Naomi menyentuh ujung kiri bibirnya yang robek. Darah, batinnya. Cepat Naomi menghapus darah itu dan berusaha menjaga jarak dari Diego, namun belum sempat bergeser dari duduk, hantaman Diego jatuh lagi di kepala kanannya. Lalu gelap.


***


Hubungan mereka sudah berakhir sebulan yang lalu. Diego sudah bersama wanita lain, Dewi. Tapi Naomi tak pernah menyangka bahwa mantannya itu ternyata akan datang dan memukulinya, memarahinya, kemudian menyeretnya pulang ke rumah seperti semalam. Naomi tak pernah menyangka bahwa Diego masih akan begitu peduli dengan dirinya, bahkan saat ia sudah memiliki wanita lain disisinya. 

Naomi menghela nafas, menguarkan uap dari susu cokelat yang digenggamnya. Perutnya terasa dingin dan ia memutuskan untuk membuat susu hangat untuk sarapan. Naomi melirik jam, sebentar lagi ia harus berangkat kerja. Lirikan dari jam dinding dikamarnya teralih ke cermin, wajahnya yang keunguan di beberapa sisi terlihat dengan jelas. Ia menghela nafas berat, meletakkan cangkir cokelatnya dan duduk di kursi meja rias. Kali ini Naomi akan membutuhkan banyak bantuan dari foundation dan concealer untuk menyamarkan semua rasa sakitnya. Semoga berhasil, harapnya ....





Hi there! Yesterday was my day off. Lots of thing happen. I wish i could share it to you, but i can't. So i decided to make a short story for you to enjoy. The story entitled "90 Untukmu Hidupku". Please, do enjoy and give comment if you don't mind :)

0 comments:

Post a Comment

 

My Friday Night.. Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review